Pengertian Isra' Mi'raj
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh
Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi
Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari
semalam.
Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas
ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu
antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj
terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang
populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak
pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha
meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah
bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu.
Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra
Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak
diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW
“diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil
Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke
Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau
mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima
waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi
lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal
yang membuat Rasullullah SAW sedih.
Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka‟bah
al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau,
Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib,
tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu
membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka
merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw,
kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya
sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya
dan aku lapangkan dadanya”. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini
bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh
Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk
menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan
untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan
melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai
kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Kemudian Jibril AS
mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian
didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian
dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan
kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu
ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap
dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar
dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh
pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat
kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk
membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa
kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata:
“Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk
Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”,
mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat,
setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum
beliau banyak Anbiya‟ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan
Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang
sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. (Mereka
terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah
dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di
suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata:
“Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata:
“Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril
berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan
kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat
dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril
berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”,
setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa
beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung
dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun. Dalam
perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina‟, sebuah lembah
di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun
sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak
kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana.
Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah
sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi
Isa bin Maryam”. Di Baitul-Lahmi inipun Beliau turun dan melakukan
solat, kemudian perjalan diteruskan dan tidak lama sampailah ke Baitul
Maqdis. Di Baitul Maqdis ternyata telah berkumpul para Nabi terdahulu,
menantikan kedatangan Beliau. Di Baitul Maqdis bersolat berjama'ah
dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat.
Seterusnya dalam perjalanan, Beliau menyaksikan dengan sekelompok
manusia yang bercocok tanam dan seketika dapat di tuai (dipetik)
hasilnya. Nabi pun merasa hairan lalu bertanya kepada Jibril?....Jibril
menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan yang suka menginfaqkan harta
bendanya untuk menegakkan kalimah Allah, mensyi'arkan keagungan Allah
dan beramal solih.
Kemudian dalam perjalanan seterusnya Beliau mencium bau yang sangat
menyusuk hidung, Beliau bertanya Jibril?.... Jibril menjawab: Ini adalah
bau Masyithah (Tukang gunting di istana Fir'aun) sekeluarga yang
merelakan diri mereka di ceburkan ke dalam belanga yang berisi timah
mendidih oleh Fir'aun lantaran keteguhan Iman mereka kepada Allah dan
tidak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau melihat segulongan manusia yang
memukul-mukul kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi
sekejap kemudian kepalanya utuh kembali, lalu dihancurkan semula,
demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu bertanya kepada Jibril?.. Jibril
menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan umat tuan yang suka
melengah-lengah (mengulur-ulur) waktu solat, sampai akhirnya habis waktu
yang di tentukan.
Selanjutnya dalam perjalanan Beliau melihat orang-orang yang memakan
kayu berduri serta batu panas yang membara dari neraka Jahannam. Lalu
Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan
orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya. Jelas mereka termasuk
orang yang menganiaya diri sendiri.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w melihat segolongan manusia yang
masing-masingnya menghadapi dua buah mangkok, mangkok yang satu berisi
daging yang sudah dimasak dan yang satunya lagi berisi daging mentah.
Akan tetapi anehnya mereka lebih suka memakan daging yang mentah.
Bertanya Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah
gambaran diantara umat yang senang berbuat zina. Mereka sebenarnya telah
mempunyai isteri yang sah, akan tetapi mereka senang melepaskan nafsu
syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah pula yang
perempuan melacurkan dirinya.
Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w menyaksikan pula ada kayu yang
berduri melintang di tengah jalan. Sesiapa yang melaluinya pasti akan
ditarik dan dikaitnya sehingga pakaian akan koyak. Nabi s.a.w bertanya
kepada Jibril?...Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu perumpamaan dari
golongan umat yang suka membuat kekacauan dan suka duduk-duduk ditepi
jalan, sehingga menggangu orang-orang yang melewati jalan itu.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan orang-orang yang berenang dalam
sungai darah, lalu mereka di lempari dengan batu, akan tetapi kemudian
batu-batu itu mereka makan. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Dijawab
oleh Jibril: Mereka perumpamaan segolongan manusia yang suka memakan
riba dan duit haram.
Tidak lama kemudian Nabi s.a.w menyaksikan seorang lelaki yang memikul
beban (kayu), tetapi tidak kuat berjalan, anehnya beban itu semakin
bertambah dan begitulah seterusnya sehingga orang itu kepayahan dan
terseksa. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Jawab Jibril: Dialah
gambaran orang yang suka menerima amanat orang lain tetapi tidak mau
menunaikan (menyampaikannya) kepada yang berhak.
Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi menyaksikan orang-orang yang
memotong lidah dan bibirnya dengan gunting besi, seketika itu utuh
kembali, namun segera pula di gunting lagi, begitulah seterusnya,
sehingga mereka merasa penderitaan yang amat berat. Nabi s.a.w. bertanya
kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan dari
golongan manusia yang suka memberi nasihat kepada orang lain untuk
membuat baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan kebaikan seperti
yang di nasihatkan kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan manusia yang tengah mencakar-cakar
wajahnya dan dadanya dengan kukunya sendiri yang telah berubah menjadi
kuku tembaga. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril? Jawab Jibril: Mereka
adalah perumpamaan orang-orang yang suka menceritakan keaibpan
(keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan orang lain, dengan
membesar-besarkannya kepada orang lain.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan sekelompok manusia yang mempunyai
bibir seperti unta, lalu disuapkan bara kedalam mulutnya. Ini adalah
contoh bagi mereka yang memakan harta anak yatim dengan jalan salah.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan saekor lembu besar keluar dari lubang
yang sangat sempit lalu ia berusaha untuk memasukinya kembali tetapi
tidak berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka yang bercakap besar dan
dusta, lalu ia ingin menarik kembali percakapannya itu tetapi tidak
berpeluang lagi.
Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung buah dadanya sambil mereka
menjerit-jerit meminta pertolongan. Ini adalah gambaran wanita yang
menyusukan anak mereka hasil dari berzina dengan lelaki yang bukan
suaminya.
Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung rambutnya diatas api
neraka sehingga mendidih otak di kepalanya. Ini adalah gambaran balasan
kerana mereka tidak mahu menutup aurat di kepala dari di pandang lelaki
yang bukan mahramnya.
Menyaksikan sekelompok wanita yang digantung lidahnya diatas api neraka
lalu dituangkan air panas ke dalam mulutnya. Ini adalah gambaran balasan
kerana mereka selalu menyakiti hati suaminya dan bercakap dengan suara
yang kasar serta tinggi.
Itulah sebahagian riwayat-riwayat yang sering kita temui dalam
kitab-kitab kisah Isra' Mi'raj yang meskipun oleh para Ilmu Agama
dikatakan bersumber dari keterangan yang lemah, namun yang jelas isinya
merupakan peringatan untuk kita berhati-hati di dalam kehidupan dunia.
PERJALANAN NABI S.A.W DARI MASJIDIL AQSHA KE SIDRATIL MUNTAHA
Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari
syurga. tangga Mi'raj itu di perbuat daripada emas dan perak berlapis
mutiara. Melalui tangga inilah dengan berkendaraan Buraq Nabi SAW,
bersama Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama yaitu langit dunia.
Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara
bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi:
Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi Muhammad s.a.w. Jibril a.s
ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s
menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka,
Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril segera masuk ke langit pertama.
DI LANGIT PERTAMA
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, bapak seluruh
umat manusia. Ketika Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s,
Beliau disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan.
Pertemuan Nabi Muhammad s.a.w dengan Nabi Adam a.s, di langit pertama
ini sebenarnya merupakan suatu i'tibar, apabila kita berniat akan
memulakan perkerjaan atau perjalanan, hendaklah terlebih dahulu kita
datang kepada orang tua, yakni ayah dan ibu untuk memohon do'a restu
keduanya agar perkerjaan dan perjalanan itu memperolehi kejayaan serta
mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah Nabi
s.a.w bersama Jibril kelangit kedua.
DI LANGIT KEDUA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit
kedua, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang
kedua Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya
a.s. Kedua orang Nabi ini kemudian memberikan do'a restunya untuk
keselamatan Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w
bersama Jibril ke langit yang ke tiga.
DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan
langit ketiga. Setelah selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah
pintunya di sertai penghormatan oleh penjaga langit itu kepada Nabi
Muhammad s.a.w. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu
dengan Nabi Yusuf a.s, yaitu seorang hamba Allah yang memperolehi kurnia
kecantikan paras wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad s.a.w, dengan
Nabi Yusuf a.s, di langit yang ketiga ini tidak ubahnya seperti
pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke
langit yang ke empat.
DI LANGIT KEEMPAT
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah
memperolehi kurnia tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini
pun tak ubahnya seperti pertemuan dua orang saudara yang telah lama
berpisah. Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril
terus naik ke langit yang ke lima.
DI LANGIT KELIMA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit
kelima, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang
kelima, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh
penghormatan. Pertemuan inipun tidak ubah seperti pertemuan dua orang
saudara, penuh mesra dan saling hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama
Jibril naik ke langit yang ke enam.
DI LANGIT KEENAM
Di langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s. Disini
Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja
Nabi Musa a.s menangis tersedu-sedu. Apabila di tanyakan kepada
Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi
yang di utus Allah sesudahku, ummatnya akan lebih banyak yang masuk
syurga dari ummatku. Kemudian perjalanan di teruskan ke langit ketujuh.
Hadis Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya:
Rasulullah s.a.w telah menceritakan tentang perjalanan Israknya. Baginda
bersabda: Nabi Musa a.s berkulit sawa matang dan tinggi seperti seorang
lelaki dari Kabilah Syanu'ah. Manakala Nabi Isa a.s pula berbadan
gempal, tingginya sederhana. Selain dari itu baginda juga menceritakan
tentang Malik penjaga Neraka Jahanam dan Dajjal
DI LANGIT KE TUJUH
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu
Nabi Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut
dengan baik, penuh penghormatan seperti menyambut anak sendiri. Nabi
Ibrahim a.s sempat memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
berikut: Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar engkau menyuruh umatmu
untuk memperbanyak tanaman surga. Nabi SAW bertanya: Apakah yang tuan
maksud dengan tanaman surga itu?. Jawab Nabi Ibrahima a.s. Tanaman surga
ialah ucapan : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM
atau ucapan SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU
HUWALLAAHU AKBAR.
Perlu di ketahui bahawasanya Baitul Ma'mur adalah masjid para Malaikat
yang setiap harinya tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya
dan apabila telah keluar, tidaklah mereka mengulanginya lagi.
Tidak lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing
berisi arak, air susu dan madu, supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah
yang lebih disukainya. Beliaupun memilih air susu, lalu di minumnya.
Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya Muhammad. Itulah lambang kesucian
engkau. Demikian malaikat Jibril mengatakan.
DI SIDRATIL MUNTAHA
Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan keindahan
panorama yang tiada bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun
apa lagi di dunia ini. Dalam satu kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi
Muhammad s.a.w sempat melihat, rupa Malaikat Jibril yang asli. Di sebut
dalam satu hadis yang di riwayat Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril
mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w di ajak oleh
Malaikat Jibril menyaksikan keindahan bengawan Al-Kautsar, sampai ke
depan pintu gerbang surga kemudian Beliau masuk ke surga, di dalam surga
Beliau menyaksikan hal-hal yang mengherankan, yang belum pernah Beliau
saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah Beliau
mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika
wujud. Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam surga, bahkan
Beliau sempat membaca tulisan yang terpampang di pintu surga sebagai
berikut, yang artinya:
SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah Nabi s.a.w kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang
memberi hutang lebih besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril
menjawab: Benar, sebab orang yang di beri sedekah terkadang masih
mempunyai persediaan hidup, sedangkan orang yang berhutang sudah barang
tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak mempunyai persediaan, sedangkan
ia tidak sudi berbuat meminta-minta. Untuk kesempurnaan pengetahuan
Nabi s.a.w, diajak melihat keadaan melihat neraka, di sisi Beliau
meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah menyaksikan
keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi s.a.w meneruskan perjalanan
naik ke Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat Jibril,
lantaran Jibril merasa berat untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di
Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena penulis, yaitu
kalam yang menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.
Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w diangkat naik setingkat lagi sampai ke
'Arasy disinilah Nabi s.a.w menerima perintah solat yang wajib di
laksanakan oleh Nabi s.a.w dan segenap ummatnya sebanyak lima puluh kali
sehari semalam. Dan akhirnya hanya tinggal lima waktu sehari malam
setelah dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan diperkenankan oleh Allah.
Juga di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w, menerima beberapa khushushiyyah
yang belum pernah diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai
beberapa khushushiyyah, yang disebut antara lain sebagi berikut:
Nabi s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah
Al-Baqarah dari ayat AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA
'ALAL-QAUMIL KAAFIRIINA.
Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang bermaksud: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha
Mengasihani. Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan
mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah
sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami
memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan
orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan
(jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan)
orang-orang yang sesat.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 285 & 286. Yang
bermaksud: Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman
kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan
Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membedakan antara seorang
dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan
kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu
jualah tempat kembali". Allah tidak memberati seseorang melainkan apa
yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya,
dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa
dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami
salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah
Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah
Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai
Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak
terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah
dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh
itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang
kafir".
Nabi s.a.w menerima Ilmu tentang:
1. Islam
2. Hijrah
3. Jihad
4. Sedekah
5. Puasa Rammadhan
6. Amal Ma'ruf
7. Nahyi Mungkar
8. Solat
Nabi Muhammad s.a.w memperolehi darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah
di sebutkan bersamaan dengan nama Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU,
MUHAMMADUR-RASUULULLAAH ) di dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya.
Nabi Muhammad s.a.w juga menerima gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL AWWALIINA WAL AKHIRIINA .
Setelah Nabi Muhammad s.a.w melakukan tugas perjalanan Isra' dan Mi'raj,
dengan membawa perintah solat lima waktu sehari semalam, maka Beliau
turun sampai ke Masjidil Haram di Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum
subuh. Keesokan harinya Beliau menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj
yang dialaminya semalam kepada Abu Jahal dan segenap kaumnya. Kaum
Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi s.a.w ini, kerana menjadikan
bukti yang jelas, akan kedustaan dan kepalsuan seruan Nabi Muhammad
s.a.w. Cerita ini yang menurut mereka amat berlebih-lebihan dan
melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat menjauhkan orang dari Nabi Muhammad s.a.w.
dan orang yang masih ragu-ragu akan segera meninggalkan Nabi s.a.w dan
tidak akan memikirkan lagi untuk mengikui dan menerima agamanya. Dugaan
kaum Quraisy meleset, hal ini ternyata, utusan yang dikirim kaum Quraisy
kepada Abu Bakar As-Shiddiq menyampaikan pertanyaan: Abu Bakar,
dapatkah engkau mempercayai dan membenarkan Muhammad yang mengatakan ia
baru saja pergi ke Baitul Maqdis dan dari sana ia terus naik ke langgit
yg ke tujuh, lalu pada malam itu juga ia kembali ke Mekah? Pertanyaan
ini dijawab oleh Abu Bakar dengan tegas. Kalau memang Beliau menyatakan
demikian, benarlah ia dan pun percaya.
Utusan Quraisy mengulangi pertanyaan: Apakah engkau membenarkan hai Abu
Bakar?. Dengan tegas Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan dan aku yakin
dan percaya. Dengan jawaban Abu bakar yang demikian mereka kecewa dan
memfitnah Nabi Muhammad s.a.w dan menuduhnya sebagai seorang pendusta,
gila dan lain sebagainya. Dengan demikian kita dapat memgambil
kesempulan, bahwa sejak dahulu hingga sekarang kaum muslimin telah yakin
dan percaya serta beriman terhadap peristiwa Isra' dan Mi'raj. Sebagai
penutup marilah kita berdo'a semoga Allah s.w.t selalu berkati,
melindungi kita dan mudah-mudahan kita senantiasa di bawah naungan
keridhaan Nya.
Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW,
kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya.
Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif
rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering
inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW,
kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya.
Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif
rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering
inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).
Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376
Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini,
berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan
hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta
telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran
dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang
menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan
begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia
di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di
malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas?
Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia
semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?
Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana
dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan
kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.
Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan
sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini
menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari
kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the
Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti
pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu
dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW,
selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya,
benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan
dunia spiritual.
Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi
permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang
menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj
menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta
(al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani
(insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah
perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.
Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf.
Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari
peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan
Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul
mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan,
kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun
berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua
kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan
ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’
(1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW
saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan
umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya
orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada
beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.
Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan
kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah
berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat
menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan
merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat
indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.”
Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini
setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup
lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat
mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian
kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah
Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini
merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya
menuju Allah.
Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan
niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri
dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan,
bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum
Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum
Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak”
perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar